RS Bunda Group

Berita & Artikel

Kehamilan di Masa Pandemi Covid-19

kehamilan-di-masa-pandemi-covid-rs-bunda-group

Saat ini dunia sedang dilanda Pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Penyakit ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Corona SARS-CoV-2 yang mengakibatkan sindrom pernafasan akut yang parah. Covid pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, Cina, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi yang berkelanjutan. Bagaimana kondisi kehamilan dapat melewati masa ini dengan lebih aman?

Baca Juga: Penyebab Kelahiran Prematur: Waspadai Tiap Faktornya!

Penularan Covid-19 hanya dari manusia ke manusia melalui droplets yang bisa berasal dari batuk dan bersin penderita. Sebagian besar kasus menghasilkan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (asimptomatik), dan sekitar 10-15% perkembangan menjadi bentuk yang tidak biasa dari sindrom pernapasan akut (ARDS).

Sindrom ini kemungkinan dipicu oleh badai sitokin, kegagalan multi organ, syok septik, dan pembekuan darah, terutama pada pasien yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) sebelumnya dan lanjut usia. Gejala umum termasuk demam, batuk, kelelahan, sesak napas, nyeri kepala dan kehilangan indra penciuman (Anosmia). Waktu dari paparan hingga timbulnya gejala (masa inkubasi) biasanya sekitar lima hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari.

Apakah Ibu Hamil Beresiko Terkena Covid-19?

Menurut WHO, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengerti lebih dalam dampak infeksi Covid-19 pada wanita hamil. Data penelitian masih terbatas, sehingga untuk saat ini belum ada bukti bahwa ibu hamil lebih beresiko dibandingkan populasi umum.

Meskipun demikian, Anda perlu tetap berhati-hati kehamilan itu sendiri membuat perubahan-perubahan di dalam tubuh dan sistem kekebalan tubuh. Data juga mengatakan bahwa dalam masa kehamilan, orang dapat sangat terpengaruh oleh beberapa infeksi saluran pernafasan. Hasil ini melaporkan kemungkinan gejala-gejala yang tidak jauh berbeda dengan populasi umum ke penyedia layanan kesehatan.

The New England Journal of Medicine juga melaporkan hasil swab screening universal untuk SARS-CoV-2. Dari hasil tersebut, wanita yang akan melahirkan di RS memiliki 84,6% hasil negatif, 13,5% hasil positif (tanpa gejala), dan 1,9% hasil positif dengan gejala.

Data ini menunjukkan potensi penularan dari ibu hamil kepada pasien lain dan tim medis yang membantu persalinan. Dengan demikian, sangat penting untuk rumah sakit melakukan screening pada setiap pasien dan memandu tim medis dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Bagaimana Ibu Hamil Melindungi Diri Terhadap Covid-19?

Ibu hamil melindungi diri dari infeksi Covid-19 dengan melakukan pencegahan yang sama seperti populasi umum. Ibu hamil juga dianjurkan untuk menunda periksa kehamilan rutin kecuali keadaan darurat.

Anda direkomendasikan juga untuk mengkonsumsi Vitamin C, Vitamin D dan Zinc (Seng). Lakukan olahraga dan berjemur di pagi hari untuk memperoleh vitamin D dari paparan sinar matahari yang bisa membantu penyerapan Calcium dalam tubuh dan meningkatkan fungsi sel – sel imun tubuh. Olahraga sendiri tetap perlu untuk tetap menjaga sirkulasi kardiovaskuler dan otot – otot panggul lebih rileks.

Kapan Ibu Hamil Harus Memeriksakan Kehamilannya?

Untuk melindungi ibu hamil dari virus corona, Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Jakarta Raya (POGI JAYA) menyarankan ibu hamil untuk menunda pemeriksaan rutin ke rumah sakit sementara waktu di masa-masa pandemi ini kecuali mengalami keadaan darurat. Jika memungkinkan, ibu hamil juga dapat memanfaatkan layanan Telemedicine untuk melakukan komunikasi dengan dokter yang bersangkutan tanpa harus ke rumah sakit.

Keadaan darurat kebidanan merupakan kondisi yang harus ditangani segera antara lain seperti perdarahan, kontraksi/nyeri perut hebat, pecah ketuban, mual dan muntah yang hebat, tekanan darah tinggi, nyeri kepala hebat, kejang dan tidak merasakan gerakan janin.

Apakah ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 bisa menularkan  ke bayi didalam kandungan?

Sampai saat ini belum ada bukti adanya transmisi vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 terhadap bayi yang dikandungnya. WHO juga mengatakan bahwa tidak ditemukan virus aktif pada sampel cairan ketuban dan air susu ibu (ASI). Meskipun demikian, Anda tetap harus berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.

Baca Juga: Persiapan Kehamilan Pertama, Semangat Bunda!

Syarat Vaksinasi Covid-19 Bagi Ibu Hamil

1. Suhu Tubuh 

Seperti peserta vaksin pada umumnya, ibu hamil yang hendak divaksin suhu tubuhnya harus di bawah 37,5 derajat Celsius. 

2. Tekanan Darah 

Tekanan ibu hamil harus di bawah angka 140/90 mmHg. Apabila hasilnya di atas 140/90 mmHg, maka dilakukan pengukuran ulang dengan jeda waktu minimal 10 menit. Jika masih tinggi, harus ditunda. 

3. Usia Kehamilan 

Usia kandungan ibu hamil harus setidaknya berada di trimester kedua, atau di atas 13 minggu. 

4. Tidak Ada Tanda-Tanda Preeklamsia 

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang terjadi karena adanya kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine. 

Tanda-tanda Preeklamsia meliputi kaki bengkak, sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur, dan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

 5. Tidak Memiliki Riwayat Alergi Berat 

Ibu hamil yang memiliki riwayat alergi berat juga harus menunda jadwal vaksinnya. Ciri reaksi alergi berat adalah seperti sesak napas, bengkak, atau bidur (titik atau bentol) di seluruh tubuh. 

6. Ibu Hamil Dengan Penyakit Penyerta Atau Komorbid 

Bagi ibu hamil yang memiliki penyakit seperti jantung, diabetes, asma, penyakit paru, HIV, hipertiroid/hipotiroid, penyakit ginjal kronik, atau penyakit liver sudah harus dalam keadaan terkontrol dan tidak ada komplikasi akut. 

7. Ibu Hamil Dengan Penyakit Autoimun

Ibu hamil yang mengidap autoimun atau tengah menjalani pengobatan seperti lupus, juga harus dalam kondisi terkontrol dan tidak ada komplikasi akut. 

8. Tidak Sedang Menjalani Pengobatan 

Terhadap ibu hamil yang sedang menjalani terapi pengobatan khusus seperti gangguan pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun, dan penerima produk atau transfusi darah juga tidak diperkenankan menjalani vaksinasi hingga masa pengobatan selesai. 

9. Tidak Sedang Menerima Pengobatan Imunosupresan 

Ibu hamil dengan kondisi ini tidak dapat melakukan vaksin karena obat-obatan dikonsumsinya dapat melemahkan sistem imun tubuh. Contoh pengobatan imunosupresan adalah kortikosteroid dan kemoterapi. 

10. Tidak Terkonfirmasi Positif Covid-19 

Terakhir, ibu hamil juga tidak boleh dalam keadaan terinfeksi Covid-19. Jika pernah terinfeksi, minimal ibu hamil sudah negatif dalam waktu 3 bulan.

Baca Juga: 12 Gerakan Senam Hamil di Rumah yang Mudah Dipraktikkan

Untuk keamanan, Anda dapat memeriksakan diri ke rumah sakit yang menyediakan layanan telemedicine seperti unit-unti RS Bunda Group. Ketahui juga jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Kunjungi juga laman informasi kami untuk menemukan layanan-layanan kesehatan lainnya.

Bagikan Artikel Ini: