Tubuh terdiri dari berbagai saraf dengan struktur yang cukup kompleks. Kondisi saraf terjepit bisa terjadi pada seluruh bagian tubuh. Dampak yang muncul pada kondisi ini bisa bersifat ringan, namun dapat juga bersifat fatal. Saraf berjalan beriringan dengan jaringan lain di sekitarnya seperti otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan jaringan lainnya. Pada kondisi tertentu, jaringan lain bisa memiliki kondisi lain seperti ada pergeseran, pembesaran atau peradangan yang menyebabkan penekanan pada jaringan saraf.Ketika terjadi penekanan pada jaringan saraf inilah yang kita sebut dengan saraf terjepit atau saraf kejepit. Kondisi ini dapat berdampak ringan hingga fatal tergantung tingkat penekanan dan letak persarafannya.
Penyebab Saraf Kejepit
Seperti yang telah dijelaskan di atas, saraf terjepit terjadi ketika adanya penekanan dari jaringan lain di sekitarnya. Secara garis besar, penyebabnya bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada penyebab internal, biasanya disebabkan oleh kondisi yang terjadi di dalam tubuh. Misalnya terjadi pembesaran pada jaringan otot sedangkan rongganya bersifat tidak elastis sehingga tidak ada ruang lagi yang menyebabkan penekanan pada jaringan saraf.Sedangkan penyebab eksternal biasanya disebabkan oleh kondisi di luar tubuh. Contoh yang sering terjadi adalah adanya trauma atau kecelakaan yang melibatkan bagian tubuh tertentu sehingga memicu terjadinya penekanan jaringan saraf.
Gejala
Gejala saraf terjepit sangat dipengaruhi oleh lokasi terjadinya penjepitan jaringan saraf. Namun secara umum, seseorang yang mengalami saraf terjepit dapat mengalami kesemutan pada area yang dipersarafinya.Selain itu, orang dengan saraf terjepit dapat mengalami nyeri. Intensitas nyeri dapat sangat bervariasi bergantung pada derajat keparahan saraf yang terjepit dan lokasinya. Jika pada area pusat, biasanya dampaknya akan lebih masif dan berat.Saraf terjepit juga dapat mempengaruhi fungsi otot pada area yang dipersarafinya. Biasanya fungsi otot akan menurun dan menjadi lemah. Jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang, tidak jarang terjadi penurunan volume otot sehingga otot menjadi mengecil atau mengalami atrofi.Dengan adanya penurunan fungsi otot, orang tersebut akan mengalami kesulitan untuk melakukan pergerakan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Ketika mengalami saraf terjepit juga dapat mengalami mati rasa pada area yang dipersarafinya. Tidak jarang juga gejala berupa rasa terbakar pada area tersebut.
Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko yang bisa menimbulkan saraf terjepit, misalnya postur tubuh yang tidak baik. Postur yang buruk dapat menimbulkan tekanan berlebih pada jaringan saraf sehingga menimbulkan kondisi saraf terjepit.Cedera atau trauma pada area tubuh tertentu juga menjadi penyebab utama yang sering dijumpai pada kasus saraf terjepit, khususnya pada usia muda. Pekerjaan repetitif yang rutin dilakukan dengan posisi yang kurang baik seperti mengetik atau mengangkat benda berat bisa menimbulkan keluhan saraf terjepit.Lokasi terjadinya cedera atau trauma bisa sangat mempengaruhi tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan, hingga prognosis ke depannya. Apakah bisa dipulihkan hingga normal kembali atau mengganggu aktivitas hingga bisa bersifat fatal.Pada orang dengan obesitas, berat badan yang berlebih dapat meningkatkan risiko penekanan pada jaringan saraf sehingga bisa memicu terjadinya saraf terjepit. Hal yang serupa bisa terjadi pada kondisi kehamilan karena adanya perubahan postur dan peningkatan risiko penekanan saraf.Penyakit lain juga bisa meningkatkan risiko terjadinya saraf terjepit, seperti artritis atau peradangan pada sendi. Kondisi ini bisa menimbulkan peradangan pada area di sekitarnya, menimbulkan bengkak hingga memicu penekanan pada saraf.Hernia nukleus pulposus yang berada pada tulang belakang bisa menyebabkan penekanan pada saraf pusat. Selain itu, tumor di berbagai lokasi tubuh jika ukurannya cukup besar juga dapat menimbulkan penekanan pada jaringan saraf di sekitarnya.
Diagnosis
Saraf terjepit bukanlah diagnosis, tapi salah satu kondisi yang bisa terjadi karena sebab utamanya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis pasti dan tatalaksana yang tepat agar tidak terjadi berbagai kemungkinan komplikasi.
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat mengetahui gejala yang dialami oleh pasien. Orang dengan saraf terjepit biasanya disertai dengan nyeri neuritis, bisa terasa panas, kebas dan kesemutan pada area yang dipersarafinya.Intensitas nyeri bisa bervariasi tergantung pada derajat keparahan saraf yang terjepit, lokasi hingga jenis saraf yang terjepit. Nyeri juga bisa dirasakan menjalar ke area lain yang mungkin juga dipersarafi oleh jaringan saraf yang sama.Biasanya keluhan nyeri akan semakin berat jika terus melakukan kegiatan yang sama yang dapat memicu peningkatan tekanan pada jaringan saraf tersebut. Nyeri karena saraf terjepit juga biasanya akan sulit membaik dengan obat anti nyeri umum. Pada kondisi ini biasanya membutuhkan obat yang bersifat sebagai anti radang.Jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak memperoleh penanganan dengan baik, area tubuh yang dipersarafi akan mengalami penurunan fungsi dan sulit untuk digerakkan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan dan suhu tubuh. Jika jaringan saraf yang terjepit adalah saraf tepi, biasanya tanda-tanda vital tidak terlalu mengalami dampak yang signifikan.Sedangkan jika terjadi pada saraf pusat, khususnya yang mempengaruhi organ pernapasan, laju pernapasan dan denyut nadi bisa sangat dipengaruhi sehingga ditemukan hasil yang abnormal.Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik pada area yang menimbulkan keluhan nyeri atau keluhan lainnya yang perlu dievaluasi. Pada kasus saraf terjepit yang sudah berlangsung cukup lama atau kronis, biasanya bisa disertai dengan pengecilan otot atau atrofi pada area yang dipersarafinya.Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk kekuatan otot, pemeriksaan sensorik pada area yang dipersarafi atau mengalami keluhan dan pemeriksaan refleks.
Pemeriksaan penunjang
Pada beberapa kasus dengan gejala yang khas, bisa jadi dokter akan langsung memberikan obat dan menjadwalkan kontrol selanjutnya untuk evaluasi. Namun bila diperlukan, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk dapat memastikan diagnosis yang akan ditegakkan.Pada kasus saraf terjepit pada sistem saraf pusat dan sekitarnya, bisa menimbulkan kelemahan yang bisa disebabkan oleh hal lain seperti gangguan keseimbangan elektrolit. Tidak jarang pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tersebut.Pada kasus saraf terjepit yang disebabkan oleh trauma atau kecelakaan, biasanya seringkali diminta untuk dilakukan pemeriksaan rontgen. Meskipun tidak terlalu dipakai untuk menilai kondisi saraf, namun dapat membantu untuk menilai apakah ada masalah pada tulang atau sendi yang menyebabkan penekanan pada saraf.Jika dokter yang menangani membutuhkan pemeriksaan lebih detail, bisa juga disarankan untuk pemeriksaan CT scan pada area yang dicurigai menyebabkan terjadinya penekanan saraf.Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektromiografi atau EMG. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai apakah ada gangguan berupa kerusakan pada jaringan saraf. Meskipun jarang dilakukan, namun pemeriksaan USG juga dapa dilakukan untuk menilai jaringan lunak sekitar saraf yang bisa memicu penekanan.Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah MRI atau magnetic resonance imaging. Dengan pemeriksaan ini, dapat terlihat dengan jelas struktur jaringan saraf dan apakah ada penekanan atau kompresi di sekitarnya.
Terapi
Untuk menangani kasus saraf terjepit, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lokasi saraf terjepit, seberapa besar pengaruh saraf tersebut, seberapa luas area yang dipersarafinya, hingga seberapa berat kondisi saraf terjepit yang dialami.Tujuan terapi pada saraf terjepit adalah untuk menurunkan rasa nyeri, menghilangkan tekanan pada saraf dan mengembalikan fungsi. Pada tahap awal, penting untuk melakukan modifikasi aktivitas yang bisa memperberat kondisi saraf terjepit. Seperti postur tubuh yang salah atau mengangkat benda berat.Penting untuk beristirahat agar saraf bisa memiliki waktu untuk proses pemulihan, atau setidaknya tidak mengalami progresivitas semakin berat. Kompres dapat dilakukan untuk mengurangi peradangan dan nyeri.Jenis kompres yang diberikan, baik panas atau dingin tergantung pada penyebab utama yang mendasarinya. Pada kasus trauma seperti cedera biasanya akan diberikan kompres dingin. Namun pada kasus lain, tidak jarang diberikan kompres hangat. Untuk dapat memastikannya sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter yang menangani.Dokter akan memberikan pereda nyeri dan anti radang untuk dapat menurunkan gejala nyeri dan peradangan yang dapat timbul akibat terjepitnya jaringan saraf. Tidak hanya obat-obatan oral, pada kasus tertentu, dokter juga dapat memberikan obat untuk mengatasi peradangan dengan menyuntikkan pada area saraf yang terjepit.Fisioterapi memiliki peranan penting untuk membantu memperkuat otot di sekitar saraf, meningkatkan stabilitas dan menurunkan risiko atrofi otot yang bisa mempengaruhi fungsi dan kekuatan motoriknya.Terapi akupuntur juga dapat menjadi pilihan pada kasus dengan saraf terjepit. Namun untuk kasus yang cukup berat dan tidak membaik dengan metode konservatif, terapi pembedahan dapat menjadi pilihan.Terapi pembedahan dapat dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi atau dokter spesialis bedah saraf, tergantung pada kasus utama yang mendasarinya dan lokasi saraf yang terjepit.Biasanya terapi ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada jaringan saraf dengan mengangkat jaringan lain yang menekannya, misalnya otot atau bagian tulang.Pilihan terapi akan bervariasi, tergantung pada kondisi pasien, penyebab utama, lokasi dan derajat keparahan jaringan saraf yang mengalami penekanan. Sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter yang menangani.
Pencegahan
Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat sehingga bisa mempertahankan berat badan ideal dan tidak meningkatkan risiko penekanan pada saraf. Selain itu, penting untuk menjaga postur tubuh dengan baik ketika sedang beraktivitas maupun bekerja.Ketika ingin mengangkat benda berat, perhatikan posisi ketika mengangkatnya agar tidak menimbulkan keluhan nyeri karena adanya saraf yang terjepit. Edukasi terkait terapi okupasi dapat dilakukan untuk membantu memberikan informasi yang tepat untuk berkegiatan sehari-hari untuk menurunkan risiko terjadinya saraf terjepit.
Komplikasi
Jika saraf terjepit tidak ditangani dengan baik dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen yang sulit untuk diperbaiki dengan optimal jika ingin berfungsi dengan normal kembali.Pada area yang dipersarafi bisa mengalami penurunan fungsi hingga pengecilan otot atau mengalami atrofi. Selain itu, kehilangan fungsi secara permanen pada area yang diperarafi juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya jika terjadi pada sistem saraf pusat dan sekitarnya. Tidak jarang menyebabkan terjadinya kelemahan anggota gerak hingga kelumpuhan.Nyeri kronis juga bisa dialami jika tidak ditangani dengan baik. Nyeri pada saraf seperti panas, kebas dan kesemutan bisa terjadi secara terus menerus dan semakin berat jika penanganannya tidak tepat.Selain gangguan motorik, kondisi saraf terjepit yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu terjadinya gangguan sensorik seperti penurunan sensasi raba hingga mati rasa.Jika saraf terjepit pada saraf pusat yaitu pada area tulang belakang, bisa menyebabkan gangguan keseimbangan, koordinasi hingga sistem pernapasan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami berbagai gejala khas nyeri neuritis seperti terasa panas, kebas atau kesemutan, disertai dengan penurunan fungsi sensorik, sangat penting untuk melakukan evaluasi lebih lanjut dengan dokter.Bila perlu, dokter akan melakukan rujukan ke dokter spesialis saraf untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada tahap ini, kemungkinan akan diberikan pengobatan per oral, fisioterapi dan follow up rutin. Bila diperlukan, akan disuntikkan terapi anti radang pada area yang mengalami keluhan.Namun jika kondisi tersebut tidak dapat ditangani dengan baik dengan terapi konservatif, keluhan tidak membaik atau bahkan semakin buruk hingga menimbulkan berbagai komplikasi, dan diperlukan terapi pembedahan, dokter dapat memberikan rujukan ke dokter spesialis ortopedi atau dokter spesialis bedah saraf.Pemilihan ke dokter spesialis ortopedi atau dokter spesialis bedah saraf sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor utamanya adalah lokasinya. Jika melibatkan saraf tepi, biasanya dapat ditangani oleh dokter spesialis ortopedi.Contohnya pada kasus carpal tunnel syndrome atau CTS yang terjadi penekanan jaringan saraf yang terjadi pada area pergelangan tangan. Karena rongga pada area tersebut bersifat kaku, terjadi penekanan pada jaringan saraf.Gejala yang timbul biasanya berupa kebas dan kesemutan pada area yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Biasanya dirasakan pada ibu jari, telunjuk dan setengah dari jari tengah. Orang yang memiliki risiko tinggi mengalami hal ini adalah yang sering bekerja dengan mengetik lama dan yang sering memasak, dimana terdapat repetisi gerakan pergelangan tangan yang memicu terjadinya saraf terjepit. Pada kasus ini, biasanya bisa diatasi dengan terapi konvensional. Namun tidak jarang diperlukan juga terapi pembedahan.Pada kasus saraf pusat dan area sekitarnya, biasanya akan dilakukan oleh dokter spesialis bedah saraf. Namun kembali lagi, hal ini sangat bergantung dengan pertimbangan dokter yang menangani.Contohnya pada kasus HNP atau herniated nucleus pulposus, dimana terjadi penekanan pada saraf sekitar tulang belakang. Gejala yang ditimbulkan sangat dipengaruhi oleh lokasi saraf yang terjepit. Semakin atas lokasinya, semakin berat gejala yang timbul karena akan mempengaruhi saraf di bawahnya.Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi HNP bisa menimbulkan komplikasi berupa cauda equina syndrome dan kompresi sumsum tulang belakang hingga menyebabkan gangguan fungsi kandung kemih dan usus. Jika terjadi herniasi pada area leher dapat mengganggu sistem pernapasan. Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sedini mungkin sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat sebelum muncul berbagai komplikasi, khususnya yang bersifat fatal.Ditulis oleh dr. Valda GarciaDitinjau oleh dr. Ernest Eugene
Paket Kesehatan Terbaru
Ambil langkah pertama untuk kesehatan yang lebih baik
Kesehatan Anda adalah prioritas kami. Disaat Anda butuh konsultasi, pengobatan atau perawatan khusus, dokter berpengalaman kami dan fasilitas yang maju siap mendukung Anda.