Penyakit polio dapat menimbulkan gangguan pada sistem saraf hingga menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi lengkap sesuai dengan rekomendasi ikatan dokter anak indonesia (IDAI). Mari kita bahas lebih lanjut.
Polio merupakan salah satu jenis penyakit menular dan dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan. Meskipun begitu, penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi lengkap yang diberikan pada anak sesuai dengan rekomendasi IDAI.
Pengertian
Polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Pada kondisi infeksi terjadi peradangan pada mielin yang merupakan selubung saraf. Gejala polio dapat muncul beberapa jam pasca infeksi. Meskipun gejala yang ditimbulkan berat, namun penyakit ini dapat dicegah.
Penyebab
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Proses penularan polio melalui fecal-oral, dimana terdapat kontaminasi virus dari air maupun makanan yang dikonsumsi.
Gejala
Gejala pada beberapa orang dapat bervariasi, dipengaruhi oleh derajat keparahan penyakit yang dialami. Pada fase awal, orang dengan polio dapat mengalami gejala ringan seperti infeksi virus pada umumnya. Gejala berupa demam, mudah lelah, nyeri otot hingga sakit kepala dapat dialami.
Keluhan lain berupa mual dan muntah dapat menyertai orang dengan infeksi virus polio. Ketika kondisi sudah semakin berat, keluhan berupa kekakuan pada leher dan punggung juga dapat dirasakan.
Namun gejala berat yang sangat diupayakan untuk dapat dihindari adalah gangguan pada sistem saraf karena kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat permanen dan menyebabkan kelumpuhan.
Ketika infeksi virus menimbulkan peradangan pada sistem saraf, virus ini dapat menyerang saraf tulang belakang sehingga menyebabkan kelumpuhan permanen pada tangan, kaki hingga menyebabkan gangguan pernapasan hingga gagal napas.
Faktor Risiko
Polio merupakan salah satu jenis penyakit menular yang dipicu oleh infeksi virus. Oleh karena itu, seperti penyakit menular lainnya, menjaga kebersihan diri dan lingkungan memiliki peranan yang begitu besar untuk dapat menurunkan risiko terpapar berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Ketika kebersihan diri kurang baik ditambah dengan sanitasi lingkungan yang buruk, maka risiko orang untuk terpapar oleh berbagai jenis virus, termasuk virus polio. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi karena kontaminasi air maupun makanan yang dikonsumsi.
Selain itu, untuk dapat melawan kondisi infeksi, sangat penting untuk dapat memiliki daya tahan tubuh yang optimal. Salah satu upaya untuk dapat memiliki amunisi yang cukup dalam melawan infeksi, tubuh harus memiliki antibodi spesifik yang dapat melawan infeksi.
Ketika seseorang tidak menerima vaksinasi yang lengkap sejak kecil, maka tubuh tidak memiliki antibodi spesifik untuk dapat melawan infeksi yang seharusnya diperoleh dari vaksinasi lengkap sesuai rekomendasi IDAI. Untuk pencegahan polio, imunisasi yang diberikan adalah IPV dan OPV.
Terlebih untuk orang dengan riwayat penyakit tertentu sehingga memiliki imunitas tubuh yang lebih rentan, maka risiko mengalami infeksi polio akan lebih tinggi. Kondisi ini dapat ditemukan pada penderita HIV/AIDS dan gangguan imunitas tubuh lainnya.
Pada orang dengan kondisi gizi buruk dan tidak menerapkan pola hidup sehat, daya tahan tubuh tidak dapat terjaga dengan baik sehingga kemampuan tubuh untuk dapat melawan infeksi juga tidak optimal dan lebih berisiko mengalami infeksi, termasuk polio.
Diagnosis
Anamnesis
Pada tahap awal, dokter akan melakukan wawancara medis dengan menanyakan gejala atau keluhan yang dialami oleh pasien. Perlu diketahui lebih dalam terkait tanda dan gejala yang dialami serta durasinya.
Selain itu, sangat penting untuk dapat mengetahui berbagai faktor risiko yang dimiliki, termasuk riwayat penyakit dan risiko paparan terhadap virus polio. Gejala khas yang sering ditemukan pada fase awal adalah demam, mudah lelah, sakit kepala dan nyeri otot.
Keluhan lain seperti mual dan muntah serta leher dan punggung terasa kaku juga dapat ditemukan. Pada kondisi yang cukup berat, gangguan pada sistem saraf dapat ditemukan seperti kelumpuhan pada tangan, kaki atau gangguan pernapasan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, dokter akan melakukan penilaian tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan saturasi oksigen. Dari tanda-tanda vital dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh karena demam yang merupakan tanda infeksi.
Ketika sudah ada gangguan pada sistem saraf yang mempengaruhi sistem pernapasan, maka dapat ditemukan juga abnormalitas pada laju pernapasan bahkan saturasi oksigen dapat mengalami penurunan.
Selain itu, ketika sudah ada peradangan pada sistem saraf hingga menimbulkan kelumpuhan, maka dapat ditemukan penurunan fungsi motorik pada ekstremitas, seperti pada tangan maupun kaki.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosis polio, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi virus polio dapat dilakukan. Hasil positif dapat menunjukkan infeksi saat ini atau riwayat infeksi sebelumnya.
Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah stool culture test dengan mendeteksi adanya virus polio pada feses karena virus ini bereplikasi di saluran pencernaan.
Jika dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf atau poliomielitis paralitik, pemeriksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan. Dari hasil ini dapat terlihat peningkatan sel darah putih dan protein.
Bila diperlukan, pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) dapat dilakukan untuk mengetahui jenis virus polio secara spesifik. Sampel pemeriksaan dapat diperoleh dari feses maupun cairan serebrospinal.
Terapi
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio. Oleh karena itu, upaya pencegahan memiliki peranan yang begitu penting dan hasilnya juga sangat efektif.
Namun untuk dapat membantu meringankan gejala yang dialami oleh penderita polio, terapi suportif dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan. Obat berupa antipiretik, analgesik dan antiinflamasi dapat diberikan untuk meringankan gejala demam, nyeri dan peradangan dalam tubuh.
Untuk dapat membantu menangani kekakuan otot, upaya fisioterapi dan rehabilitasi dapat dilakukan. Hal serupa juga dapat dilakukan pada kelumpuhan agar otot tidak mengalami atrofi maupun kontraktur. Penggunaan alat bantu jalan juga dapat diberikan.
Pada penderita polio dengan gangguan pernapasan, pemberian alat bantu napas atau ventilator dapat diberikan untuk mencegah terjadinya gagal napas yang dapat berisiko menyebabkan kematian.
Pencegahan
Sangat penting untuk dapat menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rutin olahraga agar imunitas tubuh dapat terjaga dengan baik. Selain itu, dengan pola makan sehat dapat memenuhi kebutuhan gizi harian sehingga terhindar dari gizi buruk yang meningkatkan risiko infeksi.
Untuk dapat mencegah penyakit menular karena infeksi, sangat penting untuk dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dapat membantu menurunkan risiko paparan virus.
Upaya penting yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah polio adalah dengan vaksinasi lengkap sesuai dengan rekomendasi IDAI. Dengan vaksinasi dapat membentuk antibodi spesifik untuk melawan virus polio dan mencegah penyebaran virus.
Komplikasi
Infeksi virus polio dapat menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan permanen. Tidak hanya dapat menyebabkan kelemahan pada anggota gerak seperti tangan dan kaki, gangguan pada sistem saraf juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal napas hingga kematian.
Artikel Terkait :
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala polio, khususnya jika memiliki faktor risiko tertentu seperti riwayat imunisasi tidak lengkap dan terpapar virus polio, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut. Hal ini sangat penting dilakukan agar dapat memperoleh penanganan segera dan terapi yang tepat sebelum menimbulkan komplikasi.