Mengenal Imunisasi Lebih Jauh

Sep 14, 2025 · 7 Mins Read

Written by: Dr. Valda Garcia

Share to
-

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan yang sangat penting, khususnya untuk melawan berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi. Dengan imunisasi, tubuh dapat memiliki imunitas spesifik untuk melawan berbagai patogen yang masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit. 

 

Sesuai dengan anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak sangat disarankan untuk diberikan vaksin sesuai dengan jadwal yang telah dianjurkan. Sangat penting untuk dapat memberikan vaksinasi yang lengkap sesuai jadwal agar perlindungan pada anak dapat berlangsung secara optimal. 

 

Apa yang dimaksud dengan vaksin? 

 

Vaksin adalah suatu zat yang digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Vaksin dibentuk dari bagian virus atau bakteri yang dilemahkan, dimatikan atau menggunakan zat lain yang memiliki karakteristik serupa. 

 

Dengan pemberian vaksin dengan metode dan jadwal yang sesuai anjuran, diharapkan dapat terbentuk imunitas tubuh sehingga jika suatu saat terkena infeksi dari mikro organisme tersebut, tubuh sudah memiliki “bekal” berupa antibodi yang siap untuk melawannya. 

 

Perbedaan vaksinasi dan imunisasi 
 

Kedua istilah ini seringkali digunakan bersamaan. Vaksinasi adalah tindakan pemberian vaksin kepada seseorang. Pemberian vaksinasi dapat menggunakan jarum suntik dan per oral jika sediannya berupa cairan.  

 

Sedangkan imunisasi adalah proses yang terjadi setelah vaksinasi. Setelahnya akan terbentuk antibodi dalam tubuh untuk melawan zat yang diberikan melalui proses vaksinasi. 

 

Jenis imunisasi 

 

Imunisasi terdiri dari berbagai jenis ketika digolongkan berdasarkan tujuan dan jenis penyakit yang dicegah.  

 

Imunisasi dasar
 

Imunisasi dasar merupakan jenis imunisasi yang wajib untuk diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi ini memiliki jadwal yang telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jadwal ini direkomendasikan untuk anak 0-18 tahun. 

 

Dalam rekomendasi imunisasi dasar ini terdapat beberapa jenis vaksin seperti BCG, hepatitis B, polio, DTP (difteri, tetanus, pertusis), HiB (Haemophilus influenzae type B), PCV (Pneumonal Conjugate Vaccine) hingga Rotavirus. 

 

Imunisasi lanjutan
 

Jenis imunisasi ini juga dapat disebut dengan booster dan dapat diberikan pada anak maupun dewasa. Dalam kategori ini terdapat beberapa jenis vaksin, seperti campak, MMR (measles, mumps, rubella), DTP booster, Tdap (tetanus, difteri, pertusis acellular), hepatitis A, HPV (human papillomavirus) hingga varicella atau cacar air. 

 

Imunisasi dewasa dan orang dengan risiko tertentu
 

Pada jenis imunisasi ini, sangat penting untuk dapat mengetahui kondisi imunitas tubuh dan berbagai faktor risiko yang dimiliki. Dari hasil pemeriksaan, mungkin dapat ditemukan kebutuhan untuk diberikan imunisasi tertentu. 

 

Jenis vaksin yang tergolong dalam kategori ini adalah vaksin influenza, meningokokus, japanese encephalitis, herpes zoster hingga COVID-19.  

 

Imunisasi khusus pelancong atau pekerjaan tertentu
 

Pada kategori ini, ada faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi, seperti bepergian ke area endemis maupun memiliki profesi tertentu yang lebih rentan mengalami infeksi atau terpapar patogen tertentu. 

 

Jenis vaksin yang tergolong dalam kategori ini adalah seperti yellow fever, rabies hingga tifoid.  

 

Cara kerja imunisasi 

 

Pada dasarnya, pemberian vaksin diharapkan membentuk sistem kekebalan tubuh yang lebih baik ketika menghadapi mikroorganisme tertentu. Hal yang serupa terjadi saat pemberian vaksin BCG. 

 

Pemberian vaksin BCG diharapkan dapat membantu tubuh untuk melawan bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Penyakit ini bisa membentuk berbagai menifestasi klinis dengan tingkat keparahan yang bervariasi. 

 

Saat vaksin BCG diberikan, tubuh mengenal antigen yang terdapat di dalam vaksin yang tersebut. Vaksin berisi bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan. Kandungan ini tidak menimbulkan penyakit jika dimasukkan ke dalam tubuh. 

 

Meskipun isi dari vaksin BCG merupakan bakteri yang berbeda, namun karakteristiknya mirip dengan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis, yaitu Mycobacterium tuberculosis

 

Ketika vaksinasi diberikan, tubuh mengenali adanya benda asing di dalam tubuh. Kondisi ini merangsang reaksi sel-sel kekebalan dalam tubuh, termasuk di dalamnya makrofag dan limfosit. Pada proses ini juga akan terbentuk antibodi. 

 

Ketika tubuh sudah memiliki antibodi yang terbentuk, tubuh sudah “mengenal” atau mengingat bentuk dari bakteri tersebut karena adanya sel memori. Oleh karena itu, jika suatu saat terdapat bakteri serupa yang masuk ke dalam tubuh, sudah ada antibodi yang dapat melawannya. 

 

Vaksinasi tidak selalu mencegah terjadinya infeksi pada seseorang. Namun jika terjadi infeksi, gejala yang dialami oleh orang yang telah divaksinasi akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. 

 

Vaksinasi lain kurang lebih memiliki cara kerja yang serupa. Namun ada jenis vaksin yang dibentuk dari bagian virus atau bakteri yang dilemahkan, dimatikan atau menggunakan zat lain yang memiliki karakteristik serupa. 

 

Jadwal imunisasi 

 

Sesuai dengan jadwal vaksinasi yang disarankan oleh IDAI, pemberian vaksin BCG dapat dilakukan pada usia 0-2 bulan. Pemberian vaksin BCG sangat penting, khususnya pada anak agar dapat segera terbentuk imunitas tubuh yang baik dan menurunkan risiko terinfeksi TBC. 

 

Jika vaksinasi belum diberikan hingga usia 2 bulan, vaksinasi dapat tetap dilakukan hingga usia 1 tahun dengan melakukan pemeriksaan tes tuberkulin atau tes mantoux terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan anak tidak dalam kondisi terinfeksi TBC. 

 

Sesuai dengan rekomendasi, pemberian vaksin BCG dapat diberikan 1 kali seumur hidup dan tidak perlu diberikan booster. Namun jika ada kondisi medis tertentu yang mendasari, dokter yang menangani mungkin dapat melakukan pertimbangan terkait hal tersebut. 

 

Vaksin BCG biasanya diberikan pada area lengan sisi atas bagian luar atau di daerah deltoid. Pemberian umumnya pada bagian lengan kiri. Pemberian vaksin menggunakan metode suntikan intradermal seingga akan terbentuk papul atau benjolan kecil pada area permukaan kulit pasca vaksinasi. 

 

Karena metode suntikan dalam pemberian vaksin BCG adalah intradermal, maka akan terbentuk bekas luka kecil atau scar pada area suntikan. Hal ini merupakan kondisi yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. 

 

Untuk jadwal pemberian vaksinasi dapat sangat bervariasi, disesuaikan dengan jenis vaksin yang ingin diberikan dan kategori usia. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter agar dapat menentukan jenis vaksin dan jadwal yang tepat. 

 

Efek samping imunisasi 

 

Setiap tindakan medis pasti dapat menimbulkan efek samping tertentu. Namun jika dibandingkan antara efek samping dengan dampak positif yang diberikan dari tindakan vaksinasi, maka akan ditemukan jauh lebih banyak dampak positif yang ditimbulkan. 

 

Pasca vaksinasi, seringkali ditemukan adanya keluhan pada area suntikan seperti perubahan warna kulit menjadi kemerahan, gatal, nyeri hingga bekas luka kecil, khususnya pasca vaksin BCG. Namun kondisi ini akan pulih dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. 

 

Untuk membantu meredakan keluhan, bila diperlukan dapat diberikan tatalaksana dan obat sesuai gejala. Pemberian kompres dingin dapat membantu meredakan peradangan. Jika nyeri cukup mengganggu dapat diberikan obat pereda nyeri. 

 

Artikel Terkait :

 

 

 

 

 

 

Pada beberapa orang, dapat terjadi reaksi tubuh yang cukup kuat pasca vaksinasi hingga menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Namun kondisi ini biasanya juga akan membaik tanpa memerlukan terapi khusus. Jika kondisi menetap dan mengganggu, dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. 

 

Pada beberapa orang dengan reaksi hipersensitivitas atau alergi yang berat, dapat terjadi reaksi alergi pasca vaksinasi. Keluhan yang muncul dapat sangat bervariasi. Meskipun jarang, dapat ditemukan keluhan ruam, demam, hingga reaksi anafilaksis. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum tindakan. 

 

Efek samping lain yang relatif jarang ditemukan adalah infeksi sekunder atau abses. Kondisi ini biasanya terjadi karena pemberian vaksin dengan metode yang tidak steril. Sangat penting untuk dapat memberikan vaksin dengan menjaga kebersihan dan sterilitas alat dan lingkungan. 

 

Efek samping pasca vaksinasi biasanya sangat kecil. Namun sangat penting untuk tetap melakukan konsultasi sebelum tindakan vaksinasi untuk menilai apakah ada faktor risiko tertentu yang dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping pasca vaksinasi, khususnya terkait dengan reaksi alergi. 

Latest Health Packages

gradient_contact-mobile<p>Take the First Step&nbsp;</p><p>Toward <strong>Better Health</strong></p><p>Take the First Step&nbsp;</p><p>Toward <strong>Better Health</strong></p>

Take the First Step 

Toward Better Health

Your health is our priority. Whether you need a consultation, treatment, or specialized care, our experienced doctors and advanced facilities are here to support you every step of the way.