Pneumonia Pada Anak

Jul 09, 2024 · 10 Mins Read
Share to
-
Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang cukup sering dijumpai pada anak. Pneumonia dapat bersifat ringan, namun dapat juga bersifat berat hingga menimbulkan berbagai komplikasi.  Pneumonia merupakan infeksi pada organ pernapasan, yaitu paru-paru. Paru-paru memiliki peranan yang sangat penting pada sistem pernapasan. Sebagai salah satu organ vital, paru-paru berperan dalam proses pernapasan, dimana terjadi pertukaran oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh sel tubuh dan karbondioksida yang harus dikeluarkan dari tubuh.  Selain respirasi, paru-paru juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tingkat keasaman atau pH darah. Paru-paru juga berperan dalam mengatur kelembapan dan suhu udara yang masuk dalam tubuh hingga melindungi dari patogen.  Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai infeksi patogen, dari virus, bakteri hingga jamur. Penyebab utama pneumonia akan sangat mempengaruhi tatalaksana hingga tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan. 

Penyebab 

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, dari virus, bakteri, jamur hingga parasit. Untuk pneumonia yang disebabkan oleh virus paling sering disebabkan oleh virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus hingga respiratory synctial virus.  Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat dipicu oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae dan Staphylococcus aureus  Untuk pneumonia yang disebabkan oleh jamur, biasanya berkaitan erat dengan menurunnya kekebalan tubuh seperti pada penderita HIV/AIDS. Infeksi jamur yang dapat menyebabkan penumonia adalah Pneumocystis jiroveci, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides.  Selain virus, bakteri dan jamur, penumonia juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit. Meskipun pneumonia jenis ini cenderung lebih jarang ditemukan. 

Gejala 

Karena pneumonia merupakan infeksi pada paru-paru, maka gejala yang ditimbulkan berkaitan erat dengan sistem pernapasan. Gejala yang ditimbulkan dapat sangat bervariasi dari ringan hingga sangat berat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia dan kekebalan tubuh anak.   Gejala umum yang sering ditemukan pada anak yang mengalami pneumonia adalah demam tinggi. Karena suhu tubuh yang meningkat, anak juga akan cenderung lebih sering berkeringat. Selain itu, anak juga dapat mengalami batuk, baik disertai dahak atau tidak. Pada batuk berdahak, biasanya warnanya cenderung kehijauan.  Pada kondisi yang cukup berat, pneumonia dapat memicu sesak napas pada anak. Napas anak bisa lebih cepat dan lebih dalam. Tidak jarang keluhan ini disertai dengan nyeri dada.  Pada saat sesak napas, dapat juga disertai dengan suara mengi ketika anak bernapas. Jika keluhan sesak napas berlangsung cukup lama dapat mempengaruhi kadar oksigen dalam darah. Jika kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik, dapat memicu sianosis pada anak, yaitu kulit dan bibir menjadi biru.  Jika anak sudah mulai mengalami gangguan pernapasan, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan saturasi oksigen. Sangat baik jika memiliki alat tersebut sehingga bisa dipantau secara berkala. Namun jika kondisi anak cenderung semakin berat, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter.  Gejala lain yang dapat menyertai jika anak mengalami pneumonia adalah penurunan nafsu makan karena anak merasa tidak nyaman, termasuk saat bernapas. Selain itu, karena asupan yang menurun, anak juga dapat menjadi lemas dan mudah lelah.  Dapat juga ditemukan keluhannyeri perut hingga muntah pada anak. Walaupun gejala ini tidak khas untuk kondisi pneumonia. 

Faktor Risiko 

Kondisi pneumonia sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh dan risiko terpapar berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia pada anak. Pada anak usia di bawah 2 tahun, imunitas tubuh cenderung belum terbentuk sempurna sehingga lebih rentan mengalami infeksi hingga pneumonia.   Risiko ini dapat lebih tinggi pada bayi prematur, dimana kekebalan tubuhnya belum terbentuk dengan optimal. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh anak adalah adanya riwayat penyakit lain seperti HIV/AIDS.  Anak dengan malnutrisi hingga gangguan gizi buruk cenderung memiliki kekebalan tubuh yang kurang baik dan lebih rentan untuk mengalami berbagai infeksi hingga pneumonia.  Infeksi saluran pernapasan pada anak yang awalnya bersifat ringan, seperti pada kasus infeksi virus biasa, bisa berujung pada pneumonia jika tidak ditangani dengan baik dan anak tidak memiliki kekebalan tubuh yang baik untuk dapat melawan infeksi yang dialaminya.  Penggunaan antibiotik dengan tidak tepat juga dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Seharusnya infeksi bakteri tertentu bisa diatasi dengan antibiotik tersebut menjadi tidak berhasil karena adanya resistensi. Sehingga kondisi ini dapat semakin berat hingga menimbulkan komplikasi seperti pneumonia.  Paparan terhadap mikroorganisme juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami pneumonia. Jika tinggal di area yang sanitasinya kurang baik, terpapar dari area perawatan, hingga adanya anggota keluarga dengan infeksi saluran pernapasan dapat meningkatkan penularan pada anak hingga memicu pneumonia.  Selain itu, imunisasi memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu meminimalisir gejala pneumonia. Jika anak tidak memperoleh vaksinasi yang lengkap, misalnya seperti vaksin pneumokokus dan Haemophilus influenzae tipe b atau Hib, risiko mengalami pneumonia dengan gejala yang lebih berat dapat ditemukan.   Hal ini dapat terjadi karena daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh belum terbentuk terhadap mikroorganisme tersebut. Sedangkan jika sudah divaksinasi, sudah ada antibodi yang terbentuk dan dapat melawan mikroorganisme tersebut jika masuk ke dalam tubuh. 

Diagnosis 

Anamnesis 

Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat mengetahui perjalanan penyakit dan berbagai gejala yang dialami dan dikeluhkan.  Untuk anamnesis pada anak, biasanya akan dilakukan secara alloanamnesis, dimana dokter akan menanyakan secara mendetail terkait tanda dan gejala yang dialami oleh anak kepada orang tua atau yang mendampingi anak secara intens.  Jika anak mengeluhkan demam, akan ditanyakan lebih mendalam terkait durasi, karakteristik, pola, suhu tubuh dan apakah dapat ditangani dengan konsumsi obat penurun demam.  Selain itu, gejala khas yang biasanya menyertai pneumonia pada anak adalah sesak napas. Sangat penting untuk diketahui durasinya, apakah ada pemicu sesak sebelumnya, karakteristik sesak hingga apakah pernah ditemukan sianosis atau kebiruan pada bibir maupun kulit. 

Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik, akan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan saturasi oksigen. Pada pneumonia, biasanya denyut jantung cenderung meningkat, begitu juga dengan laju pernapasan. Sedangkan saturasi oksigen cenderung menurun.  Akan dilakukan juga pemeriksaan toraks atau dada. Akan dilakukan inspeksi, apakah ada retraksi pada saat anak bernapas dan karakteristik pernapasan, seperti apakah lebih dalam atau dangkal namun cepat.  Pemeriksaan palpasi dan perkusi pada area ini juga akan dilakukan, khususnya jika ada kecurigaan pneumonia disertai dengan komplikasi seperti efusi pleura atau empiema yang dapat ditemukan pada infeksi bakteri.  Dokter juga akan melakukan pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop. Hal ini dilakukan untuk menilai suara napas dan memastikan apakah ada mengi atau suara napas abnormal lainnya.  Akan dilakukan penilaian juga terhadap kulit dan area bibir apakah ada perubahan warna menjadi kebiruan seperti pada kondisi sianosis. 

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan pada kasus pneumonia pada anak adalah pemeriksaan darah lengkap. Dari pemeriksaan ini akan dilihat apakah ada tanda infeksi yang ditandai dengan peningkatan leukosit atau sel darah putih. Bila diperlukan, dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan kultur darah untuk dapat memastikan bakteri penyebab pneumonia.  Selain kulut darah, dokter juga dapat menyarankan kultur dahak jika memiliki kecurigaan terhadap mikroorganisme tertentu dan agar dapat memberikan terapi yang tepat.  Pemeriksaan gas darah arteri juga dapat dilakukan, khususnya pada kondisi pneumonia yang disertai dengan gangguan pernapasan dan sianosis. Pemeriksaan ini dapat menilai kadar oksigen, karbondioksida dan pH darah.  Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah rontgen dada menggunakan sinar x. Dengan pemeriksaan ini dokter dapat melihat gambaran paru-paru yang menunjukkan tanda khas pneumonia. Bila diperlukan, dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan CT scan atau bronkoskopi. 

Terapi 

Terapi dan tatalaksana kasus pneumonia pada anak sangat dipengaruhi oleh penyebab dan tingkat keparahan gejala yang dialami. Dokter akan memberikan terapi suportif berdasarkan keluhan yang dialami. Untuk keluhan demam, dokter akan meresepkan antipiretik untuk membantu menurunkan suhu tubuh.  Selain itu, sangat penting untuk dapat menjaga anak agar dapat beristirahat dengan baik agar proses pemulihan lebih cepat. Penting juga untuk menjaga asupan anak agar kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, termasuk kebutuhan cairan harian agar tidak mengalami dehidrasi.  Jika disertai dengan sesak napas dan penurunan saturasi oksigen, akan diberikan terapi oksigen. Selain itu, jika disertai dengan mengi dan dahak yang sulit untuk dikeluarkan, dokter dapat menyarankan terapi nebulasi.  Untuk terapi definitif, sangat penting untuk dapat mengetahui mikroorganisme utama penyebab pneumonia. Jika disebabkan oleh bakteri, maka akan diberikan antibiotik. Jika disebabkan oleh jamur, dapat diberikan anti jamur. Sedangkan pada infeksi virus, bila diperlukan dapat diberikan antivirus.  Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, jika sudah diberikan antibiotik namun gejala tidak kunjung membaik, perlu curiga adanya resistensi antibiotik. Oleh karena itu, pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan untuk dapat mengetahui alternatif antibiotik lain yang dapat diberikan sehingga terapi lebih efektif. 

Pencegahan 

Vaksinasi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencegahan pneumonia pada anak. Selain imunisasi dasar yang wajib dan direkomendasikan oleh pemerintah untuk dapat diberikan pada anak, terdapat beberapa vaksinasi yang dapat diberikan: 

Pneumokokus 

Salah satu infeksi bakteri yang dapat memicu pneumonia adalah pneumokokus. Oleh karena itu, pemberian vaksinasi ini penting untuk membantu membentuk antibodi terhadap pneumokokus. 

Haemophilus influenzae type b 

Vaksinasi ini membantu melindungi dan membentuk imunitas terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri Hib. 

Influenza 

Influenza merupakan salah satu jenis virus yang cukup sering ditemukan dan menimbulkan infeksi. Meskipun cenderung menyebabkan gejala yang ringan, namun virus ini juga dapat menyebabkan gejala yang cukup berat pada anak dengan imunitas yang kurang baik. Selain itu, virus ini sangat cepat berubah bentuk sehingga booster dapat dilakukan setiap tahun agar tetap terlindung. 

COVID-19 

Virus ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat seperti pneumonia jika menginfeksi seseorang. Oleh karena itu, jika sudah dapat memenuhi kriteria atau rentan terinfeksi, penting untuk dapat menerima vaksinasi COVID-19.  Selain dengan vaksinasi, menjaga tubuh agar terhindar dari berbagai infeksi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan rutin mencuci tangan, termasuk dengan memberi edukasi pada anak.  Penting untuk menjaga tangan tetap bersih dengan mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan dan setelah batuk maupun bersin. Penting juga untuk mengajarkan etika batuk dan bersin di tempat umum agar meminimalisir risiko infeksi.  Selain itu, imunitas tubuh juga sangat dipengaruhi oleh pola hidup sehat. Penting untuk menjaga konsumsi makanan dengan gizi seimbang, konsumsi cukup air sesuai dengan kebutuhan cairan dan rutin berolahraga. 

Komplikasi 

Pneumonia merupakan salah satu komplikasi dari infeksi saluran pernapasan. Selain itu, pneumonia pada anak jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi. 

Efusi pleura 

Pada pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan penumpukan cairan pada lapisan paru. Hal ini bisa memperberat kondisi sesak napas dan dibutuhkan tindakan lebih lanjut untuk dapat mengeluarkan cairan dari rongga tersebut. 

Empiema 

Selain cairan pada rongga antara paru-paru dengan selaputnya, pada area tersebut dapat juga terisi dengan nanah pada kondisi infeksi yang cukup berat. Hal ini memerlukan terapi antibiotik yang lebih intensif dan pengeluaran nanah segera sebelum terjadi perluasan infeksi. 

Sepsis 

Infeksi paru pada pneumonia jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebar ke aliran darah dan memicu reaksi inflamasi. Kondisi ini bisa semakin berat hingga menyebabkan syok dan dapat mengancam nyawa. 

Gagal napas 

Salah satu gejala pneumonia adalah sesak napas. Hal ini terjadi karena kurangnya asupan oksigen yang dibutuhkan oleh sel di seluruh tubuh. Jika berlangsung cukup lama, tidak hanya menyebabkan sianosis namun juga dapat menyebabkan gagal napas. 

Gangguan tumbuh kembang 

Pada kasus pneumonia berulang pada anak, maka nutrisi yang masuk dari asupan makanan yang dikonsumsi akan lebih banyak terpakai untuk mengatasi reaksi infeksi dan inflamasi. Kondisi ini menyebabkan anak kurang memiliki nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang. 

Kapan Harus ke Dokter? 

Jika anak memiliki gejala khas pneumonia seperti demam, batuk, sesak napas, terlebih disertai dengan sianosis, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter untuk dapat dievaluasi dan memperoleh terapi lebih lanjut.  Selain itu, jika anak mengalami keluhan demam, batuk pilek berulang dan jangka panjang, penting untuk melakukan evaluasi lebih lanjut meskipun gejala cenderung bersifat ringan. Hal ini penting untuk dilakukan untuk dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi pneumonia.  Sangat tidak disarankan untuk memberikan antibiotik pada anak tanpa instruksi dokter. Penggunaan antibiotik dengan tidak tepat dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik dan dapat memperberat gejala pneumonia pada anak karena sulit untuk diobati jika sudah terjadi resistensi.  Sangat penting untuk dapat melakukan imunisasi dasar secara lengkap untuk dapat mempersiapkan kekebalan tubuh anak dengan adanya antibodi yang terbentuk dari hasil vaksinasi.  Selain itu, dapat diberikan vaksinasi tambahan untuk dapat menekan risiko mengalami gejala berat ketika anak mengalami pneumonia. Hal ini sangat disarankan, khususnya pada anak dengan risiko tinggi mengalami pneumonia berat.  Risiko tinggi dapat ditemukan pada anak dengan imunitas rendah, kekebalan tubuh belum terbentuk dengan baik dan memiliki risiko terpapar berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia.    Ditulis oleh dr. Valda Garcia Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Latest Health Packages

gradient_contact-mobile<p>Take the First Step&nbsp;</p><p>Toward <strong>Better Health</strong></p><p>Take the First Step&nbsp;</p><p>Toward <strong>Better Health</strong></p>

Take the First Step 

Toward Better Health

Your health is our priority. Whether you need a consultation, treatment, or specialized care, our experienced doctors and advanced facilities are here to support you every step of the way.