Anemia : Penyebab, Gejala, dan Kapan Harus Ke Dokter

Jan 13, 2025 · 6 Menit Membaca

Ditulis oleh: Dr. Valda Garcia

Bagikan
-

Anemia seringkali identik dengan kurang darah yang disebabkan oleh perdarahan. Namun ternyata ada banyak hal yang dapat memicu terjadinya anemia. Sebenarnya apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.

 

Ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur seringkali disebut dengan insomnia. Namun ternyata insomnia lebih dari kesulitan untuk tidur saja. Kondisi ini seringkali ditemukan pada usia produktif, namun tidak menutup kemungkinan dapat juga ditemukan pada golongan usia lainnya.

 

Anemia

Anemia adalah kondisi dimana kurangnya sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh yang memiliki peranan penting untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah merah atah hemoglobin yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium darah.

 

Anemia seringkali dianggap selalu berkaitan dengan adanya perdarahan, baik di luar yang terlihat secara langsung maupun di dalam tubuh yang berkaitan dengan organ internal. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan anemia terjadi.

 

Anemia bisa terjadi berkaitan dengan proses intake, produksi dan pembuangan. Kehilangan darah, jika ada riwayat trauma sehingga menimbulkan cedera, perdarahan internal hingga menstruasi yang berat. Selain itu, anemia dapat juga disebabkan oleh kurangnya produksi sel darah merah. Hal ini berkaitan erat dengan kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat.

 

Kondisi kurangnya sel darah merah yang menyebabkan anemia bisa juga disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel darah merah. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kelainan genetik seperti sickel cell anemia atau anemia sel sabit. Di sisi lain, bisa juga disebabkan oleh kondisi autoimun.

 

Jenis anemia

Terdapat beberapa jenis anemia. Jika seseorang mengalami anemia karena kurang asupan zat besi, kondisi ini disebut dengan anemia defisiensi zat besi. Sedangkan jika kekurangan vitamin B12 dapat disebut dengan anemia pernisiosa.

 

Sedangkan jika terdapat kegagalan dari sumsum tulang belakang dalam membentuk sel darah dapat disebut dengan anemia aplastik. Pada kondisi sel darah merah yang proses penghancurannya lebih cepat dibandingkan dengan proses produksi, dapat disebut juga dengan anemia hemolitik.  

 

Sedagnkan gangguan genetik yang mempengaruhi bentuk sel darah merah menjadi abnormal dapat disebut dengan anemia sel sabit.

 

Gejala

Peran sel darah merah adalah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Ketika jumlahnya terlalu sedikit, maka kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya keluhan lemas dan mudah lelah.

 

Selain itu, orang dengan anemia juga seringkali mengalami pusing atau sakit kepala, terlihat pucat, kekuningan (khususnya pada anemia hemolitik), sesak napas, peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan, sulit konsentrasi hingga tangan dan kaki dingin.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko anemia dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Untuk faktor yang tidak dapat diubah seperti gangguan genetik yang mempengaruhi bentuk sel darah merah yang diproduksi seperti pada kondisi anemia sel sabit. Pada kondisi kelainan genetik seperti talasemia juga lebih rentan mengalami anemia.

 

Selain itu, pada wanita yang memiliki durasi menstruasi yang lebih panjang dan volume darah menstruasi lebih banyak dapat berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Pada ibu hamil juga lebih rentan mengalami anemia.  

 

Sedangkan faktor yang dapat diubah berkaitan erat dengan nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya. Jika konsumsi makanan tidak memiliki gizi seimbang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian, dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh, termasuk meningkatkan risiko anemia.

 

Jika dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat besi atau vitamin B12 dapat memicu terjadinya anemia defisiensi zat besi atau vitamin B12. Selain itu, jika tidak memiliki pola hidup sehat, seperti konsumsi alkohol, olahraga dan donor darah berlebihan juga dapat meningkatkan risiko anemia.

 

Faktor lingkungan seperti paparan timbal dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia aplastik karena dapat merusak sumsum tulang. Konsumsi obat tertentu dalam jangka panjang dapat memiliki efek samping berupa anemia. Oleh karena itu, sangat penting untuk konsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter.

 

Diagnosis

Anamnesis

Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab utama anemia yang dialami.  

 

Perlu diketahui berbagai keluhan yang dialami, termasuk durasi keluhan dan berbagai faktor risiko yang dimiliki. Informasi ini sangat penting untuk dapat mengetahui penyebab utama kondisi anemia sehingga dapat memberikan terapi yang tepat.

 

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada kondisi anemia yang bersifat ringan, tanda-tanda vital bisa ditemukan dalam batas normal.  

 

Sedangkan pada kondisi yang lebih berat dapat ditemukan penurunan tekanan darah yang disertai dengan peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan yang merupakan bentuk kompensasi tubuh.

 

Pada pemeriksaan konjungtiva dan kuku dapat ditemukan pucat. Jika ada kecurigaan ke arah anemia hemolitik, dapat dilakukan pemeriksaan abdomen untuk memastikan apakah ada pembengkakan limpa atau hati.

 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang disarankan oleh dokter diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan mendeteksi apa saja faktor pemicu terjadinya keluhan yang dialami. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis anemia dan mengetahui derajat keparahannya untuk menentukan tatalaksana selanjutnya.

 

Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah menilai retikulosit, kadar zat besi dan feritin, vitamin B12 dan folat.

 

Pemeriksaan coombs dapat dilakukan untuk mendeteksi anemia hemolitik. Selain itu, untuk kecurigaan adanya talasemia dapat dilakukan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan USG atau endoskopi jika ada kecurigaan perdarahan internal yang menyebabkan anemia. Sedangkan jika curiga adanya gangguan sumsum tulang belakang dapat dilakukan biopsi sumsum tulang.

 

Terapi

Terapi anemia sangat dipengaruhi oleh penyebab utama serta derajat keparahannya. Pada kondisi ringan dan disebabkan oleh kurangnya kandungan zat nutrisi tertentu dapat diberikan suplemen tambahan. Seperti pada anemia defisiensi zat besi, vitamin B12 atau folat. Upaya ini juga dapat disertai dengan perubahan pola makan dengan gizi seimbang.

 

Jika kondisi anemia disebabkan oleh adanya riwayat penyakit lain, sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter yang menangani agar kondisinya dapat terkontrol dengan baik. Pada anemia hemolitik biasanya membutuhkan terapi obat berupa steroid jika disebabkan oleh kondisi autoimun hingga transfusi darah.

 

Sedangkan pada anemia aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang belakang dapat diberikan juga terapi berupa transplantasi sumsum tulang belakang hingga imunosupresan. Secara umum, kondisi anemia yang bersifat berat membutuhkan transfusi darah, terlebih jika ditemukan adanya perdarahan aktif. Selain upaya menghentikan perdarahan, transfusi juga dibutuhkan.

 

Pencegahan

Untuk mencegah anemia yang berkaitan erat dengan defisiensi zat tertentu, sangat penting untuk menerapkan pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar kebutuhan nutrisi harian dapat terpenuhi dengan baik, dari segi makronutrien maupun mikronutrien.

 

Jika ada riwayat penyakit kronis yang dapat menyebabkan anemia, sangat penting untuk dapat melakukan kontrol secara berkala agar kondisi bisa stabil. Selain itu, jika ada risiko perdarahan yang dapat menyebabkan anemia sebaiknya bisa melakukan pemeriksaan ke dokter agar perdarahan dapat terkontrol.

 

Komplikasi

Anemia yang tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya kelelahan kronis dan dapat sangat mempengaruhi produktivitas seseorang. Dalam jangka panjang, kondisi anemia dapat menyebabkan gagal jantung dan pembesaran jantung atau kardiomegali.

 

Kondisi anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, prematuritas, preeklampsia hingga anemia postpartum atau pasca melahirkan. Anemia pada anak dapat memicu terjadinya gangguan tumbuh kembang, termasuk kognitif.

 

Anemia dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang, memicu terjadinya kerusakan organ dan gangguan psikologis. Pada anemia dengan perdarahan aktif dan cukup hebat dapat menyebabkan syok hipovolemik hingga kematian.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami tanda dan gejala anemia, sudah memperbaiki pola hidup namun keluhan tidak kunjung membaik, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter agar dapat segera ditangani sebelum terjadi berbagai komplikasi yang tidak diinginkan.

 

Jika ada perdarahan aktif, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter agar sumber perdarahan dapat diatasi sebelum menyebabkan anemia berat yang dapat berujung pada kondisi syok dan berisiko menyebabkan kematian. 

Ringkasan

Anemia seringkali identik dengan kurang darah yang disebabkan oleh perdarahan. Namun ternyata ada banyak hal yang dapat memicu terjadinya anemia. Sebenarnya apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.

Paket Kesehatan Terbaru

gradient_contact-mobile<p>Ambil langkah pertama untuk kesehatan yang lebih baik</p><p>Ambil langkah pertama untuk kesehatan yang lebih baik</p>

Ambil langkah pertama untuk kesehatan yang lebih baik

Kesehatan Anda adalah prioritas kami. Disaat Anda butuh konsultasi, pengobatan atau perawatan khusus, dokter berpengalaman kami dan fasilitas yang maju siap mendukung Anda.