Sel kanker dapat ditemukan di berbagai organ tubuh, termasuk pada darah. Terdapat beberapa jenis kanker darah, salah satu jenis kanker darah yang seringkali ditemukan adalah leukemia. Mari kita bahas lebih lanjut.
Kanker merupakan penyakit keganasan yang sangat ditakuti karena pengobatannya yang sangat sulit dan dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Salah satu jenis kanker yang dapat ditemukan adalah leukemia.
Pengertian
Leukemia merupakan salah satu jenis kanker darah yang melibatkan sumsum tulang belakang. Jaringan ini memiliki peranan yang begitu penting dalam produksi sel darah. Ketika mengalami gangguan, seperti leukemia, maka dapat mempengaruhi kerjanya sehingga menghasilkan banyak sel darah putih yang abnormal.
Sel darah putih sangat penting bagi tubuh, khususnya berkaitan dengan imunitas tubuh dan melawan berbagai mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit. Ketika sel darah putih banyak yang abnormal, maka fungsi menjaga daya tahan tubuh juga sulit untuk dipertahankan.
Secara umum berdasarkan durasi perjalanan penyakitnya, leukemia dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu leukemia akut dan kronis. Leukemia akut memiliki perjalanan penyakit yang lebih cepat dan membutuhkan penanganan segera.
Jenis dari tipe ini adalah leukemia limfoblastik akut (LLA) yang sering terjadi pada anak-anak dan leukemia mieloblastik akut (AML) yang lebih sering ditemukan pada dewasa.
Sedangkan leukemia kronis bisa tidak menimbulkan gejala pada fase awal karena perjalanan penyakitnya yang relatif lambat. Jenis leukemia yang tergolong pada kelompok ini adalah leukemia limfositik kronis (CLL) dan leukemia mielositik kronis (CML).
Leukemia limfositik mempengaruhi limfosit yang merupakan sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Sedangkan leukemia mieloid mempengaruhi sel mieloid yang dapat berkembang menjadi sel darah merah, trombosit dan sel darah putih lainnya.
Penyebab
Sama halnya dengan berbagai jenis kanker lainnya, penyebab utama dari leukemia masih belum dapat dipastikan, namun ada beberapa faktor risiko yang dianggap menjadi pemicu terjadinya kanker ini.
Gejala
Tanda dan gejala leukemia bisa sangat bervariasi antara satu orang dengan yang lain karena sangat dipengaruhi oleh tipe dan derajat keparahannya. Namun ada beberapa gejala umum yang dapat ditemui hampir di seluruh kondisi leukemia.
Orang dengan leukemia seringkali mengalami kelelahan yang ekstrem dan tanpa sebab yang jelas seperti aktivitas berlebih atau kurang istirahat. Selain itu, karena kanker ini mempengaruhi sel darah putih, orang dengan leukemia cenderung lebih sering mengalami infeksi dan demam.
Tidak hanya sel darah putih, kondisi leukemia juga dapat mempengaruhi fungsi dan produksi sel darah lain seperti sel darah merah dan trombosit. Oleh karena itu, sering juga ditemukan adanya memar maupun pendarahan yang bersifat abnormal.
Karena adanya gangguan pada daya tahan tubuh karena sel darah putih yang abnormal, imunitas tubuh harus bekerja lebih keras untuk dapat melawan berbagai infeksi. Tidak jarang dapat ditemukan adanya pembengkakan kelenjar getah bening yang juga memiliki fungsi penting dalam imunitas tubuh.
Seperti pada kondisi kanker lainnya, orang dengan leukemia juga dapat mengalami penurunan berat badan signifikan tanpa sebab yang jelas. Penderita leukemia juga dapat mengalami nyeri pada area sendi dan tulang.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami leukemia, seperti paparan radiasi tinggi dalam jangka panjang. Selain itu, paparan bahan kimia seeprti benzena juga dianggap salah satu faktor risiko leukemia.
Riwayat keluarga dengan leukemia juga dianggap dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hal yang sama. Gangguan genetik seperti down syndrome juga dianggap menjadi salah satu faktor risiko leukemia.
Kebiasaan yang menerapkan pola hidup tidak sehat seperti merokok juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami leukemia. Selain itu, riwayat adanya gangguan pada sumsum tulang belakang seperti mielodisplasia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia.
Diagnosis
Anamnesis
Pada tahap awal, dokter akan melakukan wawancara medis dengan menanyakan gejala atau keluhan yang dialami oleh pasien. Perlu diketahui lebih dalam terkait tanda dan gejala yang dialami serta durasinya. Selain itu, sangat penting untuk dapat mengetahui berbagai faktor risiko yang dimiliki, termasuk riwayat kebiasaan hingga riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko leukemia.
Pada fase awal leukemia, khususnya yang bersifat kronis, bisa saja tidak menimbulkan gejala berarti karena tidak mengganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari.
Namun seperti pada kondisi kanker lainnya, seringkali ditemukan pada kondisi yang sudah berat, membutuhkan penanganan segera dan dengan prognosis yang kurang baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan skrining secara berkala seperti dengan medical check up rutin, khususnya jika memiliki faktor risiko tertentu.
Gejala umum yang seringkali ditemukan pada orang dengan leukemia adalah mudah lelah, mudah sakit, nyeri tulang dan sendi, memar atau pendarahan tanpa sebab yang jelas, pembengkakan kelenjar getah bening hingga penurunan berat badan yang signifikan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, harus dilakukan penilaian tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan saturasi oksigen. Dari tanda-tanda vital bisa saja ditemukan dalam batas normal. Namun jika sedang mengalami infeksi, suhu tubuh dapat ditemukan meningkat.
Pada pemeriksaan fisik secara keseluruhan dapat ditemukan pucat karena anemia. Memar dan pendarahan dapat ditemukan karena kurangnya trombosit di dalam darah. Selain itu, dapat juga ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dapat dilakukan. Dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan peningkatan sel darah putih, namun pada beberapa kasus dapat juga ditemukan terlalu rendah. Jumlah sel darah merah dan trombosit dapat ditemukan rendah. Selain itu, dapat ditemukan sel leukemia dalam darah.
Pemeriksaan apusan darah tepi dapat dilakukan untuk menilai bentuk dan jenis sel darah. Pada leukemia dapat ditemukan sel darah putih yang abnormal atau sel leukemia (blast).
Pemeriksaan penunjang seperti aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis leukemia. Dari pemeriksaan ini dapat membantu menentukan jenis leukemia dan tatalaksana lebih lanjut. Tes sitogenetik dan molekuler dapat dilakukan bila diperlukan.
Pemeriksaan pungsi lumbal dapat dilakukan jika ada kecurigaan penyebaran leukemia ke sistem saraf pusat. Pemeriksaan imaging juga dapat dilakukan jika ada kecurigaan kerusakan pada organ lain.
Terapi
Terapi leukemia sangat dipengaruhi jenis dan derajat keparahannya. Upaya kemoterapi dapat dilakukan untuk dapat membantu membunuh sel kanker. Terapi target dan terapi radiasi juga dapat menjadi upaya terapi untuk membantu mengatasi leukemia.
Bila diperlukan, transplantasi sumsum tulang dapat dilakukan. Selain itu, imunoterapi juga dapat diberikan untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan kanker.
Pencegahan
Sangat penting untuk dapat menerapkan pola hidup sehat untuk dapat terhindar dari berbagai penyakit, termasuk leukemia. Meskipun penyebab utamanya masih belum diketahui, namun menghindari paparan berbagai zat pemicu leukemia dapat dilakukan.
Jika memiliki faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko mengalami leukemia, melakukan skrining secara rutin dan berkala sangatlah penting sehingga dapat dilakukan deteksi sedini mungkin sehingga keberhasilan terapi akan lebih tinggi.
Komplikasi
Komplikasi pada orang dengan leukemia dapat berasal dari penyakitnya secara langsung maupun dari efek terapi atau pengobatan. Orang dengan leukemia berisiko mengalami komplikasi berupa anemia, infeksi berulang, gangguan pembekuan darah hingga penyebaran ke organ lain seperti hati, limpa hingga sistem saraf pusat.
Artikel Terkait :
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala khas leukemia, khususnya memiliki faktor risiko tertentu, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut. Hal ini sangat diperlukan karena dengan deteksi dini dapat menentukan prognosis.