Tidak hanya tekanan darah tinggi yang dapat berbahaya bagi tubuh dan menimbulkan berbagai komplikasi, namun tekanan darah yang terlalu rendah juga dapat berbahaya. Mari kita bahas lebih lanjut.
Ketika membahas tekanan darah, biasanya kita akan terlalu fokus untuk mencegah agar tekanan darah tidak terlalu tinggi karena mengetahui berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan dan mempengaruhi fungsi organ tubuh yang begitu penting. Namun sangat penting untuk diketahui bahwa tekanan darah yang terlalu rendah juga berbahaya.
Pengertian
Kita perlu mengetahui bahwa tekana darah normal ketika berada di dalam rentang 90/60 sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah rendah atau hipotensi adalah kondisi tekanan darah di bawah normal, yaitu di bawah 90/60 mmHg.
90 mmHg merupakan tekanan darah sistolik yang sering disebut dengan angka atas, dimana merupakan tekanan saat jantung memompa darah. Sedangkan 60 mmHg merupakan tekanan darah diastolik yang sering disebut dengan angka bawah, dimana merupakan tekanan saat jantung beristirahat, ketika darah kembali ke jantung.
Penyebab
Penyebab seseorang mengalami hipotensi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bisa karena kurangnya asupan cairan hingga gangguan fungsi organ dalam tubuh. Sebab utama yang sering ditemukan adalah kondisi dehidrasi, dimana tubuh mengalami kurang cairan.
Ketika seseorang tidak konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya defisiensi zat gizi tertentu seperti defisiensi vitamin B12 dan asam folat, menimbulkan anemia hingga menimbulkan hipotensi.
Selain itu, tekanan darah rendah juga dapat terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan darah yang cukup banyak, seperti pada kondisi cedera akibat trauma maupun adanya perdarahan internal.
Adanya penyakit jantung seperti gagal jantung dan aritmia juga dapat memicu timbulnya tekanan darah rendah. Kondisi gangguan endokrin dalam tubuh juga dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah hingga menimbulkan hipotensi. Hal serupa dapat ditemukan pada kehamilan karena adanya perubahan hormon.
Pada kondisi infeksi berat, khususnya jika sudah mengalami sepsis atau hingga mengalami syok dapat menimbulkan penurunan tekanan darah dan membutuhkan penanganan segera.
Tekanan darah rendah juga dapat menjadi efek samping obat yang dikonsumsi seperti obat tekanan darah tinggi, diuretik hingga antidepresan.
Gejala
Gejala orang yang mengalami tekanan darah rendah bisa sangat bervariasi dipengaruhi oleh perjalanan penyakit dan nilai tekanan darah yang dimiliki. Pada kondisi hipotensi yang berjalan kronis, biasanya pada fase awal tidak menimbulkan gejala yang bermakna.
Namun pada kondisi yang umum ditemukan pada orang dengan hipotensi adalah keluhan pusing atau kepala terasa ringan, lemas, mudah lelah, pandangan kabur, kulit pucat dan dingin, mual hingga pingsan.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipotensi lebih tinggi, seperti usia, riwayat asupan, riwayat pengobatan hingga riwayat penyakit.
Pada usia remaja dan dewasa, kondisi hipotensi neurogenik lebih sering ditemukan karena adanya respons saraf yang abnormal. Sedangkan pada usia lansia lebih berisiko mengalami hipotensi ortostatik yang dipengaruhi oleh perubahan posisi secara mendadak.
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang. Jika tidak cukup konsumsi cairan hingga mengalami dehidrasi, maka risiko mengalami hipotensi lebih tinggi. Terlebih jika ada riwayat diare maupun mual muntah.
Jika konsumsi makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian dapat menimbulkan defisiensi vitamin B12, asam folat hingga zat besi yang dapat menimbulkan anemia dan memicu terjadinya hipotensi.
Konsumsi alkohol berlebih dan obat tertentu seperti obat tekanan darah tinggi, antidepresan maupun diuretik juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah. Riwayat penyakit lain seperti gangguan pada jantung, endokrin hingga perubahan hormon pada kehamilan juga dapat menimbulkan hipotensi.
Diagnosis
Anamnesis
Pada tahap awal, dokter akan melakukan wawancara medis dengan menanyakan gejala atau keluhan yang dialami oleh pasien. Perlu diketahui lebih dalam terkait tanda dan gejala yang dialami serta durasinya.
Selain itu, sangat penting untuk dapat mengetahui berbagai faktor risiko yang dimiliki, termasuk riwayat penyakit. Gejala khas yang sering ditemukan adalah pusing, lemas, penglihatan kabur, mual hingga pingsan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, dokter akan melakukan penilaian tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan saturasi oksigen. Dari tanda-tanda vital akan ditemukan tekanan darah rendah, kurang dari 90/60 mmHg.
Tes hipotensi ortostatik dapat dilakukan untuk mengukur tekanan darah saat duduk, berbaring dan berdiri untuk menilai tekanan darah diberbagai posisi. Pemeriksaan detak jantung dapat dilakukan jika ada kecurigaan ke arah aritmia.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat mengetahui penyebab utama tekanan darah rendah yang dialami, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan terhadap anemia, fungsi ginjal dan hati, kadar gula darah hingga elektrolit dalam darah bila diperlukan.
Jika ada kecurigaan penyebab hipotensi berasal dari gangguan jantung, pemeriksaan elektrokardiogram atau EKG dapat dilakukan, khususnya jika ada gangguan irama jantung. Tes tilt table, tes kortisol hingga tes tiroid dapat dilakukan bila diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Terapi
Terapi kondisi hipotensi dapat sangat bervariasi sesuai dengan derajat keparahan dan penyebab utama yang mendasarinya. Namun sebagai tatalaksana awal yang dapat dilakukan adalah konsumsi cairan yang cukup dengan kebutuhan cairan harian.
Konsumsi makanan tinggi garam dapat menarik cairan sehingga dapat membantu meningkatkan tekanan darah. Sangat penting untuk konsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk membantu mengatasi kondisi tubuh defisiensi zat tertentu. Bila diperlukan, konsumsi suplemen dapat dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan harian.
Untuk kondisi hipotensi ortostatik, sangat penting untuk dapat menghindari perubahan posisi terlalu cepat. Baik dari posisi tiduran kemudian berdiri atau sebaliknya. Perubahan posisi sebaiknya dilakukan secara perlahan, khususnya pada lansia yang lebih rentan. Bila diperlukan, penggunaan stoking kompresi dapat dilakukan.
Sedangkan untuk kondisi yang disebabkan oleh efek samping obat tertentu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk dapat dipertimbangkan perubahan dosis atau jenis obat yang harus dikonsumsi agar riwayat penyakit tetap terkontrol namun tidak menimbulkan hipotensi.
Pencegahan
Sangat penting untuk dapat menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, termasuk konsumsi air yang cukup sesuai dengan kebutuhan cairan harian.
Secara umum, kebutuhan cairan harian orang dewasa sekitar 2 liter dalam sehari. Namun kebutuhan ini dapat bervariasi dipengaruhi oleh usia, aktivitas hingga riwayat penyakit. Jika memiliki gagal jantung dan gagal ginjal, disarankan asupan cairan harus dibatasi dan hal ini sebaiknya didiskusikan dengan dokter yang menangani.
Selain itu, dengan konsumsi makanam dengan gizi seimbang dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, termasuk makronutrien dan mikronutrien. Hal ini dapat mencegah defisiensi zat tertentu yang dapat memicu anemia dan hipotensi.
Sedangkan untuk mencegah hipotensi ortostatik, sebaiknya hindari perubahan posisi secara mendadak, khususnya pada lansia. Jika ingin berdiri dari posisi tidur, sebaiknya miringkan tubuh terlebih dahulu, kemudian duduk baru berdiri dengan perubahan posisi secara perlahan.
Membatasi konsumsi alkohol dan kafein dapat membantu menurunkan risiko mengalami hipotensi. Selain itu, rutin berolahraga juga dapat membantu sirkulasi darah dan menjaga kesehatan jantung.
Untuk kondisi hipotensi yang disebabkan oleh konsumsi obat tertentu atau efek samping obat, sangat penting untuk memantau gejala yang dialami. Jika dirasa sudah mengganggu, sebaiknya bisa melakukan diskusi dengan dokter yang menangani untuk menyesuaikan dosis obat atau menggantinya.
Komplikasi
Kondisi tekanan darah rendah yang bersifat kronis biasanya tidak menimbulkan gejala berat karena kemampuan tubuh untuk beradaptasi. Sedangkan pada kondisi hipotensi akut dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak segera ditangani.
Hipotensi dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal ginjal, gangguan jantung, gangguan otak hingga gangguan organ lainnya. Komplikasi paling berbahaya yang dapat ditimbulkan adalah syok. Hal ini menimbulkan suplai oksigen tidak cukup untuk ke berbagai organ vital dan berisiko menyebabkan kematian.
Artikel Terkait :
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala hipotensi, khususnya ketika memiliki faktor risiko tertentu, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut. Hal ini sangat penting dilakukan agar dapat memperoleh penanganan segera dan terapi yang tepat sebelum menimbulkan komplikasi.