Area rongga dada atau toraks terdiri dari berbagai organ vital, termasuk di dalamnya terdapat jantung dan paru. Ketika ada masalah pada area tersebut, dokter membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu menegakkan diagnosis atau bahkan sebagai upaya terapi, salah satunya dengan prosedur torakoskopi.
Paru-paru dan jantung merupakan organ vital yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh, khususnya terkait dengan sistem pernapasan. Ketika ada gangguan pada organ tersebut, maka dapat menimbulkan tanda dan gejala signifikan yang dapat mengganggu produktivitas seseorang.
Lokasi keduanya berada di dalam rongga dada atau yang disebut juga dengan toraks. Selain kedua organ vital tersebut, di sekitarnya juga terdapat pembuluh darah besar yang sangat penting untuk sirkulasi darah di dalam tubuh. Oleh karena itu, ketika ada masalah pada area ini, seringkali membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti torakoskopi.
Apa itu torakoskopi?
Torakoskopi berasal dari penggabungan dua kata, yaitu toraks dan endoskopi. Toraks adalah nama lain dari rongga dada, yang di dalamnya terdapat begitu banyak organ dan jaringan penting yang bersifat vital untuk tubuh.
Sedangkan endoskopi merupakan prosedur medis yang dilakukan untuk melihat bagan dalam organ tubuh menggunakan alat khusus yang berbentuk seperti selang kecil disertai dengan kamera pada bagian ujungnya yang disebut juga dengan endoskop.
Endoskop yang digunakan secara khusus untuk memeriksa area rongga dada disebut dengan torakoskop. Dengan kata lain, torakoskopi merupakan prosedur medis yang dilakukan untuk memeriksa lebih dalam area rongga dada menggunakan alat yang disebut dengan torkoskop.
Tidak hanya digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk dapat membantu menegakkan diagnosis dengan menilai secara langsung penyebab utama keluhan yang dialami, pemeriksaan torkoskopi dapat juga digunakan sebagai upaya terapi.
Prosedur torakoskopi
Tindakan torakoskopi biasanya akan dilakukan oleh dokter yang berkompeten dalam bidang toraks maupun rongga dada. Namun untuk dapat menentukan dokter spesialis yang akan melakukan tindakan akan disesuaikan dengan tujuan dari prosedur tersebut.
Torakoskopi sederhana maupun pleuroskopi biasanya akan dilakukan oleh dokter spesialis paru. Namun jika kasusnya bersifat kompleks, seperti pada kasus yang melibatkan area mediastinum, prosedur dapat dilakukan oleh dokter spesialis bedah toraks. Sebelum melakukan tindakan ini, dokter akan menjelaskan secara detail terkait torakoskopi, kenapa harus dilakukan pemeriksaan ini dan risiko tindakan yang mungkin terjadi.
Sebelum tindakan torakoskopi, biasanya pasien akan dibius umum. Oleh karena itu, pasien akan diminta untuk berpuasa selama 6-8 jam sebelum prosedur torakoskopi dilakukan. Posisi pasien biasanya lateral decubitus atau berbaring miring dengan area yang diperiksa berada pada posisi atas agar pemeriksaan lebih mudah.
Dokter akan membuat sayatan kecil pada area rongga antara tulang rusuk untuk memasukkan alat torakoskop. Sebelum sayatan dibuat, area tersebut akan disterilkan untuk meminimalisir risiko infeksi yang dapat terjadi pasca tindakan. Jumlah sayatan sangat dipengaruhi oleh tujuan prosedur. Untuk pendekatan sederhana, uniportal atau satu sayatan cukup.
Namun jika membutuhkan alat tambahan, beberapa sayatan dibutuhkan untuk dapat menjalankan prosedur torakoskopi. Jika pada area pemeriksaan dipenuhi oleh udara maupun cairan, biasanya akan dikeluarkan terlebih dahulu agar pemeriksa lebih mudah untuk melakukan tindakan dan memiliki akses visual yang lebih baik.
Jika tujuan torakoskopi disertai dengan kebutuhan pengambilan sampel jaringan, maka alat tambahan akan diperlukan untuk dapat mengambilnya. Sampel jaringan dari hasil biopsi tersebut kemudian akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Kondisi ini seringkali dilakukan pada kondisi tumor.
Pasca tindakan, dokter akan menutup area sayatan dengan jahitan. Bila diperlukan, dokter dapat juga memasang selang dada untuk membantu mengalirkan sisa cairan atau udara yang ada di rongga pleura. Kondisi ini seringkali dilakukan pada kasus efusi pleura atau pneumotoraks.
Selain itu, setelah tindakan selesai akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala untuk menilai apakah ada risiko pasca tindakan yang mungkin terjadi, seperti perdarahan maupun kolaps dari organ paru-paru yang bisa mempengaruhi fungsi pernapasan.
Sangat penting untuk dapat menentukan lokasi sayatan untuk dapat memperoleh hasil prosedur yang optimal. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyebab utama keluhan dan tujuan dari prosedur torakoskopi. Tidak jarang untuk dapat menentukan lokasi sayatan dokter menggunakan ultrasound sebagai acuan, khususnya pada kasus efusi pleura.
Manfaat torakoskopi
Torakoskopi merupakan prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan tujuan diagnostik maupun terapeutik terkait masalah pada rongga dada. Jika dari hasil wawancara medis, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang seperti rontgen maupun CT scan dianggap belum cukup untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan torakoskopi dapat dilakukan.
Diagnostik
Prosedur torakoskopi memiliki fungsi diagnostik karena dapat membantu mengetahui kondisi rongga dada hingga penyebab utama keluhan yang dialami. Selain itu, dengan prosedur ini dapat membantu mengambil sampel jaringan dengan metode biopsi pada kasus tumor. Dengan pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi jenis tumor dan tatalaksana lebih lanjut.
Terapeutik
Pada kondisi diagnosis yang sudah ditegakkan, prosedur torakoskopi bisa saja tetap dibutuhkan. Salah satu fungsi utama yang seringkali digunakan adalah untuk mengeluarkan cairan berlebih pada kondisi efusi pleura.
Pada kondisi efusi pleura berulang, dimana penumpukan cairan pada rongga pleura cenderung dapat terjadi kembali, tindakan pleurodesis dibutuhkan dan dapat dilakukan melalui prosedur ini. Selain itu, jika ada massa yang ingin diangkat dan berlokasi di rongga dada atau toraks, prosedur ini juga dapat menjadi pilihan utama.
Torakoskopi merupakan prosedur yang cukup diminati karena bersifat minim invasif namun memiliki hasil diagnostik maupun terapeutik yang signifikan. Oleh karena itu, ketika ada masalah pada area rongga dada, prosedur ini sering dilakukan.
Apakah memiliki efek samping?
Meskipun merupakan salah satu prosedur medis yang bersifat minim invasif, namun sama halnya dengan berbagai prosedur medis lainnya, torakoskopi juga tetap memiliki risiko menimbulkan efek samping atau komplikasi pasca tindakan.
Efek samping yang mungkin muncul pasca tindakan dapat bervariasi, dari yang bersifat ringan hingga berat. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh derajat keparahan atau kompleksitas kasus hingga kondisi pasien.
Pada kondisi yang stabil dan kasus relatif ringan, maka risiko efek samping maupun komplikasi akan lebih ringan. Keluhan pasca tindakan yang dapat ditemukan adalah seperti nyeri pada area sayatan. Jika kondisi ini terjadi, pemberian obat pereda nyeri dapat diberikan untuk dapat membantu meringankan gejala.
Risiko infeksi meskipun sayatan relatif kecil tetap dapat terjadi. Oleh karena itu, upaya sterilisasi sebelum prosedur dilakukan sangatlah penting. Selain itu, perawatan luka sayatan pasca tindakan juga sangat penting agar pemulihan berjalan optimal dan terhindar dari infeksi.
Artikel Terkait :
Jika ada riwayat diabetes tidak terkontrol, maka proses pemulihan dapat terhambat. Sangat penting untuk dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik agar risiko infeksi dapat ditekan. Jika ada tanda-tanda infeksi seperti demam, kemerahan, bengkak atau keluar cairan maupun darah pada area sayatan, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan segera dengan dokter.
Pada beberapa orang, risiko mengalami perdarahan pasca tindakan dapat terjadi. Meskipun hal ini bersifat jarang, namun jika terjadi perdarahan sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Risiko komplikasi yang mungkin terjadi pasca prosedur torakoskopi adalah pneumotoraks atau kolaps paru-paru, efusi pleura berulang hingga emfisema subkutan. Meskipun efek samping dan komplikasi ini bersifat jarang, namun sangat penting untuk tetap waspada. Oleh karena itu, pasca tindakan biasanya akan diminta untuk kontrol oleh dokter agar dapat dilakukan evaluasi kondisi pasca torakoskopi.